Uni Eropa Pertimbangkan Penggunaan Aset Rusia untuk Ukraina di Tengah Momentum Diplomatik Baru

Di tengah isyarat baru diplomasi global dan peringatan keras dari Moskow, para pemimpin Uni Eropa berkumpul di Brussels untuk mempertimbangkan langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya: memanfaatkan aset Rusia yang dibekukan guna menopang kelangsungan perang dan perekonomian Ukraina.

Muhamad Rizki Sunarya

12/18/20251 min read

Sumber foto:kompas

Ambisi China sebagai kekuatan besar dunia semakin dibayangi oleh masalah internal berupa lonjakan utang pemerintah daerah, pelemahan sektor properti, dan penuaan populasi, yang dinilai menjadi kendala strategis lebih mendesak dibanding ancaman eksternal dari Amerika Serikat dan sekutunya.


Meski Beijing dan Washington terus menyoroti ancaman militer masing-masing—mulai dari armada kapal induk, aliansi keamanan, hingga pengembangan rudal—para pengamat menilai kapasitas jangka panjang kedua negara lebih ditentukan oleh kondisi fiskal domestik.

“Utang kini beralih dari alat strategis menjadi rem strategis,” kata Andrew Latham, profesor hubungan internasional, dalam analisisnya mengenai persaingan kekuatan besar. Menurutnya, tekanan fiskal memaksa negara untuk memilih antara belanja pertahanan, penyelamatan ekonomi, dan stabilitas sosial.

China, ekonomi terbesar kedua dunia, menghadapi beban besar dari kewajiban pemerintah daerah dan entitas kuasi-fiskal, sementara sektor properti—yang selama bertahun-tahun menjadi motor pertumbuhan—masih belum pulih dari krisis likuiditas. Data resmi China menunjukkan pertumbuhan ekonomi melambat seiring menyusutnya populasi usia kerja dan meningkatnya belanja sosial.

Sistem pemerintahan terpusat China memungkinkan negara menunda pengakuan kredit bermasalah dan mengalihkan modal ke sektor prioritas. Namun, menurut analis, pendekatan tersebut tidak serta-merta menciptakan produktivitas baru yang dibutuhkan untuk menopang ekspansi ekonomi dan militer secara berkelanjutan.

“Beijing dapat menyembunyikan risiko dalam jangka pendek, tetapi tidak dapat menghindari batas struktural model pertumbuhannya,” ujar Latham.

Tekanan ini muncul ketika China berupaya memperluas kehadiran militernya di Indo-Pasifik, meningkatkan kemampuan teknologi strategis, dan memperkuat pengaruh geopolitik di Eurasia. Semua agenda tersebut membutuhkan sumber daya besar di tengah pertumbuhan yang kian terbatas.

Amerika Serikat juga menghadapi tantangan utang, namun Latham menilai strategi paling efektif Washington adalah menahan diri dan menjaga disiplin fiskal, bukan memperluas komitmen global secara berlebihan.

“Kontes sebenarnya bukan hanya soal kekuatan militer, tetapi benturan model ekonomi-politik,” katanya.

Para analis memperingatkan bahwa sejarah menunjukkan kekuatan besar jarang runtuh secara tiba-tiba. Sebaliknya, tekanan utang secara perlahan membatasi pilihan strategis dan mengikis kapasitas nasional yang menopang kekuatan global.

Berita Terkait