Ukraina Ubah Besar-Besaran Rencana Damai AS — Tuntutan Maksimal Rusia Dipangkas

Ukraina balik badan: tuntutan maksimal Rusia dipreteli, dan Eropa panik meminta kursi di meja perundingan

Muhamad Rizki Sunarya

11/25/20252 min read

theguardian.com
theguardian.com

Volodymyr Zelenskyy and his wife Olena foto oleh: theguardian.com

Ukraina dilaporkan melakukan perubahan signifikan terhadap rencana damai 28 poin yang disusun AS dan Rusia, memangkas sejumlah tuntutan maksimalis Moskow—seiring peringatan para pemimpin Eropa bahwa kesepakatan cepat masih jauh dari kata mungkin.

Presiden Volodymyr Zelenskyy mengonfirmasi adanya revisi besar usai pertemuan di Jenewa.
“Sekarang poinnya jauh lebih sedikit, tidak lagi 28. Banyak elemen yang sudah diperbaiki,” katanya, sembari menegaskan isu-isu paling sensitif akan dibahas langsung dengan Donald Trump.

Apa yang Diubah Ukraina?

Menurut sumber yang mengikuti negosiasi, Kyiv menegaskan tidak akan mengakui wilayah yang direbut Rusia secara paksa, dan menolak setiap upaya Kremlin untuk memveto keputusan Ukraina soal keanggotaan UE dan NATO.
Sergiy Kyslytsya, wakil menteri luar negeri Ukraina, mengatakan isu-isu tersebut kini “diletakkan dalam tanda kurung” untuk diputuskan langsung oleh Trump dan Zelenskyy.

Sinyal kuat juga muncul bahwa Zelenskyy bisa saja terbang ke Gedung Putih akhir pekan ini—sementara Kyiv menekan agar Eropa ikut terlibat penuh dalam proses perundingan.

Isi Rencana Awal: Kontroversial dan Pro-Rusia

Rencana 28 poin itu dirancang oleh utusan Putin, Kirill Dmitriev, bersama perwakilan Trump, Steve Witkoff.
Isinya?

  • Ukraina diminta mundur dari kota-kota di Donbas yang masih dikontrol Kyiv.

  • Mengurangi ukuran angkatan bersenjata.

  • Tidak boleh bergabung dengan NATO.

Dalam pembicaraan intensif di Swiss, yang dipimpin Menlu AS Marco Rubio dan Kepala Staf Zelenskyy, Andriy Yermak, rencana tersebut direvisi besar hingga hanya menyisakan 19 poin. Kyiv dan negara-negara Eropa menegaskan garis depan saat ini harus menjadi dasar pembahasan wilayah.

Rubio menyebut pertemuan itu “sangat positif”, disusul Trump yang menulis di Truth Social:
“Jangan percaya dulu… tapi sesuatu yang baik mungkin saja sedang terjadi.”

Moskow: “Rencana Masih Harus Dirombak”

Meski beberapa poin diterima, Rusia tetap menunjukkan garis keras. Penasihat utama Putin, Yuri Ushakov, mengatakan draf yang diterimanya “perlu dikerjakan ulang”.

Ia bahkan menolak mentah-mentah proposal balasan dari Eropa, menyebutnya “tidak konstruktif”.

Kebocoran rencana awal ke media AS membuat Eropa kelabakan. Delegasi militer AS bahkan dikirim tergesa-gesa ke Kyiv untuk menjelaskan isi dokumen tersebut kepada Zelenskyy.

Eropa: Harus Terlibat, dan Rusia Juga

Di sela KTT EU–Afrika di Angola, para pemimpin Eropa menekan keras agar proses damai melibatkan Eropa sepenuhnya.

Presiden Dewan Eropa, António Costa, menyebut adanya “momentum baru”, sementara Ursula von der Leyen mengatakan kerangka revisi dari Jenewa adalah “dasar yang solid”, tetapi masih banyak pekerjaan tersisa.

Jerman, Polandia, Swedia, hingga Inggris sepakat:

  • Ukraina harus berdaulat penuh menentukan nasib militernya.

  • Kesepakatan apa pun tidak boleh melemahkan keamanan Eropa.

  • Perjanjian damai tidak boleh “menghadiahi agresor”.

AS Bantah Memihak Rusia

Gedung Putih menolak tuduhan bahwa Trump lebih condong ke Moskow.
“Pandangan itu salah total,” kata juru bicara Karoline Leavitt.

Situasi di Lapangan: Ukraina Tertekan

Di tengah negosiasi internasional, kondisi domestik Ukraina memburuk. Dua menteri dipecat akibat skandal korupsi, sementara Rusia terus menekan di medan perang.

Kharkiv, kota terbesar kedua Ukraina, kembali diguncang serangan drone yang menewaskan empat warga.
“Anak-anak selamat, ayahnya selamat… tapi sang ibu meninggal,” kata Ihor Klymenko dari Palang Merah, menggambarkan kepedihan di tengah reruntuhan.

Di Rusia, drone Ukraina memaksa tiga bandara di Moskow menghentikan penerbangan sementara, serta menyebabkan listrik padam di beberapa wilayah.

Berita Terkait