Tuan Rumah Bergetar: Maroko Melewati Cobaan Pertama di Piala Afrika 2025 dengan Susah Payah
Di bawah guyuran hujan Rabat, The Atlas Lions nyaris tersandung oleh tim kecil Komoro sebelum bangkit menunjukkan kelas mereka memperpanjang rekor dunia 19 kemenangan beruntun.


Sumber foto:Marocco
Hujan deras yang mengguyur Stadion Pangeran Moulay Abdellah tidak mampu menyurutkan antusiasme 60.180 penonton yang memadati tribune pada Minggu malam. Namun euforia pembukaan Piala Afrika 2025 sempat terasa getir ketika Maroko tuan rumah sekaligus unggulan harus berjuang keras selama lebih dari separuh pertandingan untuk menundukkan Komoro, negara kepulauan kecil dari Samudera Hindia dengan populasi kurang dari satu juta jiwa. Kemenangan 2-0 akhirnya datang. Namun jalannya tidak semulus ekspektasi.
Penalti Gagal, Frustrasi Menumpuk
Maroko seharusnya unggul sejak menit ke-11. Iyad Mohamed menjatuhkan Brahim Diaz di kotak penalti pelanggaran yang tidak terbantahkan. Soufiane Rahimi maju ke titik putih, tetapi kiper Komoro Yannick Pandor membaca arah tembakan dengan tepat dan menggagalkannya dengan lutut kiri.
Kegagalan itu seolah menyuntikkan adrenalin ke tubuh Komoro. Tim peringkat 133 FIFA itu kemudian membangun benteng bertahan yang membuat The Atlas Lions frustrasi. Serangan demi serangan Maroko kandas di lini pertahanan yang rapat dan terorganisir.
Situasi makin rumit ketika bek tengah Romain Saiss harus ditarik keluar akibat cedera di awal pertandingan. Achraf Hakimi, kapten berpengaruh yang masih memulihkan cedera engkel dari laga Liga Champions bersama Paris Saint-Germain awal November, hanya bisa menyaksikan dari bangku cadangan.
Diaz Memecah Kebuntuan
Babak kedua berjalan sepuluh menit ketika akhirnya tembok Komoro runtuh. Noussair Mazraoui meluncurkan umpan menyusur tanah dari sayap kanan. Diaz—yang dibiarkan bebas di depan gawang—menyambut bola itu dengan sapuan kaki kiri yang tak terbendung.
Gemuruh penonton memecah malam Rabat. Stadion yang dinamai dari mendiang ayah Raja Mohammed VI itu seketika berubah menjadi lautan sorak.
Gol pembuka membuka ruang bagi kedua tim untuk bermain lebih terbuka. Rafiki Said dari Komoro nyaris mencetak gol kejutan, tetapi Yassine Bounou menghadangnya dengan kaki. Di sisi lain, Pandor kembali menyelamatkan gawangnya dari sepakan keras Mazraoui.
Lalu datanglah momen yang menentukan.
Salto El Kaabi Mengunci Kemenangan
Dengan sisa waktu 15 menit, pemain pengganti Ayoub El Kaabi menerima umpan lambung di dalam kotak penalti. Tanpa ragu, penyerang berusia 31 tahun itu melepaskan tendangan salto akrobatik yang bersarang di pojok gawang. Pandor—yang sebelumnya tampil heroik—kali ini hanya bisa terdiam.
"Dua-kosong untuk Maroko. Tuan rumah bernapas lega," ujar komentator televisi nasional dengan nada yang mencerminkan perasaan jutaan pendukung.
Rekor Dunia dan Ambisi Besar
Kemenangan ini memperpanjang rekor dunia Maroko menjadi 19 kemenangan beruntun—sebuah catatan yang belum pernah dicapai tim manapun di dunia. Pasukan Walid Regragui memang sedang dalam performa terbaik mereka sejak menjadi tim Afrika pertama yang mencapai semifinal Piala Dunia 2022 di Qatar.
Maroko bukan sekadar bermain untuk trofi. Negara ini sedang membangun narasi besar sebagai kekuatan sepak bola global. Raja Mohammed VI telah mengucurkan investasi besar-besaran untuk infrastruktur stadion dan fasilitas olahraga—sebuah fondasi yang akan diuji ketika Maroko menjadi salah satu tuan rumah Piala Dunia 2030 bersama Spanyol dan Portugal.
Badai Sebelum Tendangan Pertama
Turnamen ini sendiri tidak luput dari kontroversi. Berminggu-minggu sebelum kick-off, federasi Afrika harus bernegosiasi alot dengan klub-klub Eropa soal jadwal pelepasan pemain di tengah musim kompetisi.
Lalu, sehari sebelum laga pembuka, datang pengumuman mengejutkan: mulai 2028, Piala Afrika—yang selama ini digelar dua tahun sekali—akan berubah menjadi turnamen empat tahunan. Keputusan ini masih memicu perdebatan di kalangan penggemar dan pengamat sepak bola benua.
Meski begitu, begitu Putra Mahkota Moulay El Hassan turun ke lapangan yang basah untuk menyapa para pemain dan melakukan tendangan seremonial, perhatian pun kembali ke sepak bola.
Ujian Berikutnya: Mali
Maroko tidak punya waktu untuk berpuas diri. Jumat malam (20:00 GMT), mereka akan menghadapi Mali—lawan yang jauh lebih tangguh dari Komoro. Tim Elang itu memiliki skuad penuh pemain yang berkiprah di liga-liga top Eropa dan hasrat besar untuk membuktikan diri.
Sementara itu, Senin akan menyajikan tiga pertandingan: Mali vs Zambia melengkapi Grup A, sedangkan Mesir dan Afrika Selatan memulai perjalanan mereka di Grup B. Piala Afrika 2025 baru saja dimulai. Dan Maroko—dengan segala tekanan sebagai tuan rumah dan favorit juara—telah melewati ujian pertama mereka. Meski tidak dengan mulus, setidaknya dengan tiga poin penuh.
