Teror Bondi Menguak Jejak Filipina: Dugaan Keterkaitan ISIS di Balik Serangan Berdarah Australia
Serangan teror yang mengguncang kawasan pantai Bondi, Sydney, kini mengarah pada dugaan jaringan internasional. Polisi Australia mengungkap bahwa dua terduga pelaku penembakan maut diduga sempat bepergian ke Filipina sebelum aksi yang disebut terinspirasi oleh kelompok teroris ISIS itu terjadi.


Sumber foto:.reuters.com
Polisi New South Wales tengah menyelidiki dugaan bahwa Sajid Akram (50) dan putranya Naveed Akram (24) menerima pelatihan atau memiliki kontak ekstremis saat berada di Filipina bulan lalu. Keduanya diduga menjadi pelaku utama serangan teror di kawasan pantai Bondi pada Minggu lalu yang menewaskan 16 orang dan melukai 25 lainnya, yang hingga Selasa masih menjalani perawatan di rumah sakit.
Komisaris Polisi New South Wales, Mal Lanyon, mengatakan penyelidikan difokuskan pada alasan keberangkatan, tujuan, serta aktivitas keduanya selama di Filipina.
“Alasan mereka pergi ke Filipina, apa tujuan perjalanan itu, dan ke mana saja mereka pergi selama di sana masih dalam penyelidikan,” ujar Lanyon, Selasa.
Polisi juga menemukan alat peledak rakitan (IED) serta dua bendera ISIS buatan tangan di dalam sebuah mobil yang terdaftar atas nama Naveed dan diparkir di lokasi kejadian. Temuan ini memperkuat dugaan keterkaitan ideologis dengan kelompok teroris internasional.
Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, menyatakan bahwa terdapat indikasi kuat serangan tersebut terinspirasi oleh organisasi teroris ISIS.
“Tampaknya ada bukti bahwa serangan ini, diduga, terinspirasi oleh organisasi teroris, yakni ISIS,” kata Albanese kepada wartawan.
Dalam insiden tersebut, Naveed Akram ditangkap di lokasi kejadian dan dilarikan ke rumah sakit Sydney dalam kondisi kritis. Sementara itu, Sajid Akram tewas ditembak polisi saat upaya penindakan berlangsung.
Lanyon juga meluruskan laporan sebelumnya terkait izin kepemilikan senjata Sajid. Ia menegaskan bahwa izin senjata api baru diterbitkan pada 2023, bukan satu dekade lalu seperti yang sempat diberitakan.
Lebih jauh, Albanese mengungkapkan bahwa Naveed Akram pernah menjadi perhatian Australian Security Intelligence Organisation (ASIO) sejak Oktober 2019. Ia menjalani pemantauan selama enam bulan terkait dugaan hubungan dengan individu-individu tertentu.
Laporan ABC menyebutkan bahwa penyelidikan kontra-terorisme tersebut diduga melibatkan sel yang berafiliasi dengan ISIS, meski hingga kini polisi masih mendalami keterkaitan jaringan tersebut secara menyeluruh.
