Tarif Trump Disebut Siap “Melonjak Gila-Gilaan” Saat Stok Lama Habis — Klaim Rekor Pemasukan ke Kas AS
Trump: Saat negara lain kehabisan stok bebas tarif, Amerika bersiap memanen pemasukan terbesar dalam sejarah.


Sumber foto:Ntd.com
Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali memicu kehebohan. Dalam unggahan terbaru di Truth Social, ia menyatakan bahwa pemasukan tarif AS akan “melambung gila-gilaan” begitu persediaan barang yang dibeli sebelum tarif diberlakukan habis di tangan para importir global.
Menurut Trump, negara-negara asing sebelumnya membeli barang dalam jumlah besar untuk menghindari beban tarif awal. Namun kini, tameng sementara itu mulai runtuh.
“Persediaan itu sudah menipis. Setelah habis, tarif akan dibayar untuk semua barang yang dikenai. Jumlahnya akan SKYROCKET,” tulis Trump dengan huruf kapital penuh penekanan.
Ia bahkan menyebut pembayaran tarif itu akan “mencetak rekor baru” dan membawa AS menuju “era keamanan nasional serta kekayaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.”
Lonjakan Pemasukan & Bayang-Bayang Putusan Mahkamah Agung
Data Penn Wharton Budget Model menunjukkan AS telah mengumpulkan hampir USD 320 miliar dari bea masuk dan pajak konsumsi sepanjang 2025—hampir dua kali lipat dari periode sama tahun lalu.
Tarif baru Trump mendorong beban rata-rata tarif AS ke 17,6 persen, dengan proyeksi pemasukan USD 2,3 triliun pada 2026–2035. Namun, lembaga riset mengingatkan bahwa dampaknya masih penuh ketidakpastian, terutama terkait respons negara lain dan kondisi ekonomi global.
Di sisi lain, nasib tarif Trump kini berada di meja Mahkamah Agung AS, yang tengah menilai apakah Trump melampaui kewenangannya saat menggunakan International Emergency Economic Powers Act untuk menerapkan tarif besar-besaran.
Neal Katyal, pengacara yang mewakili kelompok bisnis penentang tarif, menyebut kebijakan itu berfungsi sebagai pajak terselubung. Namun Jaksa Agung D. John Sauer menegaskan tarif tetap merupakan instrumen regulasi, bukan pajak.
Trump mendesak Mahkamah Agung untuk segera mengambil keputusan.
Negosiasi Dagang Memanas di Berbagai Negara
Gelombang tarif ini memaksa banyak negara melakukan negosiasi ulang. AS baru saja mencapai kesepakatan dagang dengan Swiss, menurunkan sebagian tarif sekaligus membuka peluang investasi dan manufaktur.
Tarif pertanian untuk Brasil juga sebagian dilonggarkan, meski sejumlah produk masih tetap dikenai bea tinggi.
Pemerintah menyebut kebijakan tariff-heavy ini sudah mulai mengguncang rantai pasok global dan mempercepat kebangkitan kembali industri domestik.
“Kami kini menjadi negara terpanas di dunia,” klaim Trump. Ia juga menuduh para penentang tarif sebagai pihak yang “melayani kepentingan asing.”
Menteri Keuangan Scott Bessent memperkuat posisi itu, menyatakan bahwa dampak tariff terhadap harga konsumen “minimal,” merujuk pada data inflasi barang impor yang masih datar.
Rencana Besar: Cek Dividen Tarif USD 2.000
Dalam pernyataan terpisah, Menteri Perdagangan Howard Lutnick mengungkap rencana ambisius: pemerintah ingin menyalurkan “cek dividen tarif” sebesar USD 2.000 bagi warga berpendapatan rendah, memanfaatkan lonjakan pemasukan dari tarif.
Jika rencana itu berjalan, kebijakan tarif Trump bukan lagi sekadar instrumen proteksi—namun bisa berubah menjadi program redistribusi ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah perdagangan AS.
