Peter Lawwell Mundur dari Celtic: Krisis Memuncak, Ancaman Suporter Jadi Pemicu
Tekanan tribun berubah jadi teror nyata. Di tengah rentetan kekalahan dan gejolak internal, kursi pucuk pimpinan Celtic kembali berguncang.


Sumber foto:Celtic FC
Celtic memasuki fase paling bergejolak dalam beberapa tahun terakhir. Peter Lawwell, ketua klub, resmi mengumumkan akan mundur pada akhir Desember, dengan alasan perlakuan yang ia sebut sudah “tak tertahankan” dari sebagian kecil suporter.
Keputusan ini datang hanya beberapa hari setelah kekalahan Celtic di final Scottish League Cup dari St Mirren, yang kemudian diikuti pengakuan mengejutkan dari CEO klub, Michael Nicholson, bahwa tiga staf Celtic diserang di Celtic Park usai laga tersebut.
Tekanan Meningkat, Hasil Memburuk
Kepergian Lawwell kian menajamkan rasa krisis di tubuh juara Skotlandia itu. Kekalahan di final menjadi laga ketiga berturut-turut yang berakhir pahit di era pelatih anyar Wilfried Nancy. Rentetan itu bertambah panjang pada Rabu malam ketika Celtic takluk 2-1 dari Dundee United di Premiership—kekalahan keempat secara beruntun.
Lawwell dan jajaran direksi memang berada di bawah sorotan tajam. Kesalahan di bursa transfer, yang turut memicu kepergian Brendan Rodgers, memperparah kekecewaan suporter. Celtic juga tersingkir dini dari Liga Champions, gagal lolos kualifikasi setelah disingkirkan Kairat Almaty, serta kerap bersitegang dengan kelompok ultras Green Brigade.
“Saya Tidak Membutuhkan Ini Lagi”
Dalam pernyataan resminya, Lawwell—yang mengabdi 18 tahun sebagai CEO dan tiga tahun sebagai ketua—menyampaikan alasan personal di balik keputusannya.
“Pelecehan dan ancaman dari sejumlah pihak telah meningkat dan kini tak bisa ditoleransi,” ujar Lawwell.
“Itu membuat keluarga saya cemas dan terguncang. Di tahap hidup saya saat ini, saya tidak membutuhkan ini. Saya tidak bisa menerimanya dan karena itu saya meninggalkan klub yang saya cintai seumur hidup.”
Pengakuan Mengejutkan dari Manajemen
Tak lama berselang, Nicholson berbicara kepada Celtic TV dan menegaskan bahwa keputusan Lawwell diambil demi keselamatan pribadi dan keluarga.
“Ancaman dan pelecehan itu berasal dari minoritas yang sangat kecil, tapi sepenuhnya tidak dapat diterima,” kata Nicholson.
“Yang terbaru, tiga rekan kami diserang di Celtic Park pada Minggu malam setelah pertandingan.”
Nicholson menegaskan bahwa perilaku tersebut “bukan Celtic” dan bertentangan dengan nilai klub serta mayoritas suporternya. Ia menyebut hari itu sebagai hari yang menyedihkan bagi Celtic.
Nancy Tetap Didukung
Meski badai terus menerpa dan hasil di lapangan belum membaik, Nicholson memastikan dukungan dewan terhadap Wilfried Nancy “sangat solid”, terlepas dari awal yang berat bagi sang pelatih.
Namun dengan mundurnya Lawwell, kekalahan beruntun, dan situasi keamanan yang memprihatinkan, satu hal tak terbantahkan: Celtic sedang berada di persimpangan krusial, di mana keputusan-keputusan besar akan menentukan arah klub dalam waktu dekat.
