Menkeu Akui PHK Massal Cermin Ekonomi Lesu, Janji Perbaikan 2026
Hampir 80.000 pekerja kehilangan pekerjaan sepanjang 2025, pemerintah andalkan sinkronisasi fiskal-moneter untuk pemulihan


Sumber foto: Freepik
Pemerintah secara resmi mengakui bahwa gelombang pemutusan hubungan kerja yang menimpa hampir 80.000 pekerja Indonesia sepanjang tahun ini merupakan dampak langsung dari pelemahan ekonomi yang berlangsung sejak awal 2025.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyebut angka PHK yang mencapai 79.302 orang selama periode Januari hingga November 2025 sebagai cerminan nyata dari kondisi ekonomi nasional yang kehilangan momentum pertumbuhan.
"PHK kan terjadi ketika demand-nya lemah sekali. Itu terjadi 10 bulan awal, 9 bulan pertama, tahun sebelumnya juga jelek. Tahun ini 10 bulan pertama ekonomi slow. Itulah gambaran bahwa ekonomi kita waktu itu, slow," ujar Purbaya dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Keuangan, Selasa (23/12/2025).
Daya Beli Melemah, Perusahaan Pangkas Tenaga Kerja
Menurut Purbaya, merosotnya daya beli masyarakat dan melambatnya aktivitas ekonomi menjadi faktor utama di balik keputusan pelaku usaha untuk melakukan efisiensi tenaga kerja. Kondisi ini tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan merupakan akumulasi dari tekanan ekonomi yang sudah berlangsung sejak tahun sebelumnya.
Pengakuan ini menegaskan bahwa sektor riil mengalami tekanan signifikan sepanjang 2025, memaksa dunia usaha mengambil langkah penghematan yang berdampak langsung pada nasib puluhan ribu pekerja.
Optimisme 2026: Taruhan pada Koordinasi Kebijakan
Meski mengakui beratnya tantangan ekonomi tahun ini, Menkeu menyampaikan optimisme bahwa 2026 akan menjadi titik balik pemulihan. Keyakinan tersebut bertumpu pada penguatan koordinasi antara kebijakan fiskal pemerintah dan kebijakan moneter Bank Indonesia.
"Saya yakin tahun depan akan lebih bagus dari sekarang karena kita lebih sinkron dengan bank sentral juga kebijakannya ke depan," kata Purbaya.
Sinkronisasi kedua instrumen kebijakan ini diharapkan mampu memberikan stimulus yang lebih efektif untuk menggerakkan kembali roda perekonomian sekaligus membuka peluang penciptaan lapangan kerja baru.
Namun demikian, janji pemulihan tersebut masih menyisakan pertanyaan mengenai langkah konkret apa yang akan diambil pemerintah untuk menyerap kembali puluhan ribu pekerja yang telah kehilangan mata pencaharian, serta bagaimana memastikan momentum pemulihan ekonomi benar-benar terwujud di tahun mendatang.
