Kripto Ambruk, Bitcoin Terperosok ke US$86.000: Sinyal Bahaya dari The Fed dan Saham AI
Bitcoin terjun bebas ke US$86.000. Pasar kripto terguncang saat sinyal hawkish The Fed dan runtuhnya saham AI memicu kepanikan investor global.


Sumber foto:coinmarketcap
Bitcoin terjungkal, altcoin ikut terseret. Pasar kripto diguncang ketidakpastian global—dari arah suku bunga The Fed hingga tekanan hebat di saham-saham kecerdasan buatan.
Pasar kripto global kembali tergelincir pada Selasa (16/12/2025), dengan Bitcoin jatuh tajam ke kisaran US$ 86.000, level terendah dalam dua pekan terakhir. Kekhawatiran atas melambatnya pemangkasan suku bunga The Federal Reserve (The Fed), ditambah tekanan pada saham berbasis kecerdasan buatan (AI), memicu aksi jual di aset berisiko.
Berdasarkan data CoinMarketCap pukul 06.45 WIB, kapitalisasi pasar kripto global menyusut 1,9% menjadi US$ 2,94 triliun. Harga Bitcoin (BTC) turun 1,85% ke US$ 86.428 per koin, atau setara sekitar Rp 1,43 miliar (kurs Rp 16.652).
Tekanan tidak hanya menghantam Bitcoin. Ethereum (ETH) ambles 3,05% ke US$ 2.965, Binance Coin (BNB) terkoreksi 2,1% ke US$ 858, Solana (SOL) melemah 1,39% ke US$ 127, Dogecoin (DOGE) anjlok 3,34% ke US$ 0,12, sementara XRP merosot paling dalam dengan penurunan 4,19% ke US$ 1,89.
Mengutip CoinDesk, tekanan terhadap pasar kripto telah berlangsung sejak awal pekan, seiring meningkatnya keraguan investor terhadap prospek makroekonomi global. Menjelang penutupan perdagangan saham Amerika Serikat, Bitcoin tercatat turun sekitar 3% dalam 24 jam terakhir, menembus batas bawah kisaran perdagangan dua pekan terakhir di US$ 88.000–92.000.
Aset kripto utama lainnya ikut tertekan, dengan XRP, Ether, dan Solana masing-masing anjlok lebih dari 5%. Tekanan bahkan terasa lebih dalam di saham-saham terkait kripto. Circle, Galaxy Digital, dan Strategy ambles lebih dari 8%, sementara Coinbase turun 6,4%. Sebaliknya, beberapa emiten relatif lebih bertahan, seperti Bullish yang turun 2,5% dan eToro melemah 3,7%.
Meski penurunan di bawah US$ 86.000 memunculkan kekhawatiran akan pelemahan lanjutan, pelaku pasar mencatat belum terlihat tanda-tanda forced selling atau memburuknya likuiditas secara signifikan. Koreksi sejauh ini dinilai masih berlangsung secara tertib dan terkontrol.
Salah satu pemicu utama tekanan pasar adalah hasil rapat The Fed pekan lalu. Meski bank sentral AS memangkas suku bunga 25 basis poin, panduan kebijakan ke depan terkesan jauh lebih berhati-hati. Proyeksi terbaru The Fed hanya mengindikasikan satu kali pemangkasan suku bunga sepanjang 2026, lebih lambat dari ekspektasi pasar yang sebelumnya memperkirakan hingga tiga kali pemangkasan.
Ketidaksinkronan antara data inflasi dan ekspektasi kebijakan moneter ini menciptakan volatilitas tinggi, terlebih dengan rencana Bank of Japan untuk menaikkan suku bunga serta mengurangi kepemilikan ETF senilai lebih dari US$ 500 miliar. Langkah tersebut memicu kekhawatiran terhadap likuiditas global dan potensi pembalikan yen carry trade.
Tekanan di pasar kripto terjadi di tengah pelemahan moderat saham AS. Nasdaq ditutup turun 0,6%, sementara S&P 500 melemah 0,15%. Namun, tekanan paling berat menimpa saham-saham berbasis AI seperti Broadcom dan Oracle, yang terpukul kinerja keuangan mengecewakan pekan lalu.
Sentimen negatif ini turut menghantam saham penambang Bitcoin yang kini merambah infrastruktur AI, termasuk Hut 8, CleanSpark, Cipher Mining, dan IREN, yang mencatatkan penurunan dua digit.
Perusahaan perdagangan kripto Wintermute menilai pasar saat ini tengah mengalami kelelahan pada aset berisiko. Menurut mereka, baik ekuitas maupun aset digital sedang berada dalam fase “mencerna ketidakpastian makro”, bukan memasuki periode risk-off berkepanjangan.
