G7 Desak Rusia Terima Gencatan Senjata, Ancam Sanksi Baru — “Bola Ada di Tangan Moskow”

Ketegangan global mencapai titik baru. G7 kompak mendesak Rusia menerima gencatan senjata yang sudah disetujui Ukraina — atau bersiap menghadapi gelombang sanksi yang lebih keras. Kremlin masih tarik-ulur, sementara dunia menahan napas: Akankah Moskow mengambil langkah menuju perdamaian, atau justru memicu babak baru konflik?

Muhamad Rizki Sunarya

11/25/20252 min read

Para diplomat tinggi G7 berfoto bersama di Charlevoix Sumber Foto: Voaindonesia

Tekanan global terhadap Moskow kembali menguat. Para menteri luar negeri Kelompok Tujuh (G7) resmi menyerukan Rusia untuk menerima proposal gencatan senjata yang diajukan Amerika Serikat dalam perang Rusia-Ukraina. Jika ditolak, konsekuensinya jelas: sanksi baru, tekanan ekonomi lebih keras, dan dukungan militer lebih besar bagi Ukraina.

Melalui pernyataan tegas dari Kanada, G7 menuntut Rusia menyetujui gencatan senjata yang telah diterima Ukraina.
“Kami mendesak Rusia untuk merespons dengan setuju, serta melaksanakan gencatan senjata itu sepenuhnya,” tulis G7 dalam pernyataan tersebut.
G7 juga mengisyaratkan “paket pukulan lanjutan”: pembatasan harga minyak, sanksi tambahan, hingga peningkatan suplai dukungan ke Kyiv.

G7 menegaskan kembali posisi mereka: “Dukungan kami kepada Ukraina tidak tergoyahkan — untuk kedaulatan, kebebasan, dan integritas wilayahnya.”

Kremlin Masih Menunda, Putin Ajukan Pertanyaan Tambahan

Di sisi lain, tanda-tanda keraguan muncul dari Moskow. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyebut Presiden Vladimir Putin masih menunggu jawaban atas sejumlah pertanyaan mengenai implementasi gencatan senjata, menunjukkan bahwa Rusia belum siap memberikan persetujuan penuh.

Gedung Putih memastikan bahwa utusan khusus Presiden AS Donald Trump, Steve Witkoff, sudah bertemu langsung dengan Putin pada Kamis (13/3).

AS: Optimisme Ada — Tapi Situasi “Rumit dan Kompleks”

Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengungkapkan bahwa pihaknya akan menggelar pertemuan lanjutan di Washington untuk menilai posisi terbaru Rusia.

Rubio menyebut ada “alasan untuk optimisme yang berhati-hati,” namun mengingatkan bahwa situasi ini “sulit dan kompleks.”

Kanada dan Inggris: Saatnya Rusia Menjawab

Menlu Kanada Malie Joly menegaskan seluruh G7 sepakat mendukung proposal gencatan senjata AS.
“Bola sekarang ada di tangan Rusia,” ujarnya.

Menlu Inggris David Lammy menyuarakan nada serupa:
“Sekarang waktu yang tepat untuk gencatan senjata tanpa syarat. Ukraina sudah mengambil sikap. Kini giliran Rusia.”

Para menteri luar negeri dari Inggris, Kanada, AS, Prancis, Jerman, Italia, dan Jepang berkumpul di Charlevoix membahas strategi bersama.

G7 Bicarakan China, Nuklir, dan “Poros Pergolakan”

Selain isu Ukraina, G7 juga menyoroti meningkatnya kolaborasi strategis antara China, Korea Utara, Iran, dan Rusia — sebuah aliansi yang kerap disebut analis sebagai “Poros Pergolakan.”

G7 menyatakan keprihatinan serius terhadap pembangunan militer China dan percepatan penguatan arsenal nuklirnya. Mereka mendesak Beijing terlibat dalam dialog pengurangan risiko dan mendorong stabilitas kawasan.

G7 juga menolak keras segala tindakan yang mengubah status quo di Laut China Timur dan Laut China Selatan, terutama melalui paksaan atau kekerasan.

Zelenskyy Balas Putin: “Syarat Rusia Memperlambat Proses”

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengkritik keras sikap Rusia yang dinilai mempersulit proses.
Ia menegaskan bahwa gencatan senjata 30 hari tanpa syarat adalah langkah awal menuju perdamaian yang “adil dan abadi.”

Implikasi Indo-Pasifik: Jika Ukraina Tenang, AS Bisa Alihkan Fokus

Menurut sejumlah analis, penghentian perang Ukraina dapat mengubah fokus strategis Washington ke kawasan Indo-Pasifik — terutama menghadapi dinamika China.

Rubio menegaskan bahwa konflik berkepanjangan di Eropa menyita perhatian global.
“Jika perdamaian terwujud di Eropa, kita bisa memberi fokus lebih besar pada Indo-Pasifik,” ujarnya.

Berita Terkait