Drone Laut Ukraina Hancurkan Kapal Selam Andalan Putin Rp6 Triliun

Ledakan senyap dari kedalaman laut mengubah peta perang Rusia–Ukraina. Dengan satu serangan drone bawah air “sea baby”, Ukraina mengklaim berhasil melumpuhkan kapal selam andalan Vladimir Putin—senjata mahal yang selama ini dijuluki Black Hole.

Muhamad Rizki Sunarya

12/17/20252 min read

a large explosion of smoke and smoke from a missile fired by a russian navy ship
a large explosion of smoke and smoke from a missile fired by a russian navy ship

Sumber foto:SindoNews

Pemimpin evangelika‘Sea Baby’ Meledak di Pelabuhan Krimea, Senjata Rahasia Rusia Lumpuh Permanen

Sebuah ledakan sunyi di bawah laut berubah menjadi pukulan telak bagi mesin perang Vladimir Putin. Ukraina mengklaim berhasil melumpuhkan kapal selam Rusia senilai ratusan juta dolar ikon kekuatan laut Kremlin dalam operasi yang disebut-sebut sebagai serangan bawah air pertama dalam sejarah modern.

Dalam rekaman yang dirilis, drone bawah laut Ukraina bertipe “sea baby” menghantam kapal selam kelas Varshavyanka yang dijuluki “Black Hole” saat bersandar di pelabuhan Novorossiysk, Krimea. Ledakan dahsyat itu membuat kapal selam tersebut rusak kritis dan tak lagi bisa dioperasikan.

Kapal selam Varshavyanka merupakan aset strategis utama Rusia. Kemampuannya menyerap suara membuatnya hampir tak terdeteksi sonar, menjadikannya senjata mematikan dalam perang melawan Ukraina. Saat diserang, kapal itu dilaporkan membawa empat peluncur rudal jelajah Kalibr.

Dinas Keamanan Ukraina (SBU) menyebut kerusakan yang ditimbulkan bersifat permanen. Bahkan, bukan hanya satu kapal yang terkena dampak. Serangan lanjutan drone “sea baby” di Teluk Sevastopol memaksa armada Rusia lainnya tetap terkurung di pelabuhan.

Krimea sendiri merupakan wilayah yang dianeksasi Rusia sejak 2014—dan kini kembali menjadi titik panas konflik.

Meski harga kapal selam tersebut diperkirakan sekitar US$400 juta, biaya penggantian bisa membengkak hingga US$500 juta akibat sanksi internasional yang membatasi akses Rusia terhadap teknologi dan komponen militer.

SBU menyebut operasi ini sebagai tonggak sejarah peperangan laut, hasil kerja sama antara unit khusus intelijen Ukraina dan Angkatan Laut Ukraina. Dalam beberapa pekan terakhir, badan intelijen itu juga mengklaim berhasil menyerang kapal tanker dari “armada bayangan” Rusia—jaringan kapal yang digunakan Moskow untuk mengekspor minyak secara diam-diam.

Serangan ini terjadi di tengah dinamika diplomatik yang intens. Selama dua hari di Berlin, Presiden Volodymyr Zelensky bertemu pejabat Amerika Serikat untuk membahas rencana perdamaian AS yang telah direvisi dalam perundingan di Jenewa dan Florida.

Meski detail kesepakatan belum diumumkan, Zelensky menegaskan tidak akan menerima konsesi wilayah apa pun. Namun, Kanselir Jerman Friedrich Merz menyatakan terdapat “momentum diplomatik besar” untuk mengakhiri perang. Delegasi AS bahkan mengklaim 90 persen perbedaan utama telah diselesaikan.

Menariknya, menjelang perundingan, Zelensky juga memberi sinyal bersedia mengendurkan ambisi Ukraina bergabung dengan NATO, asalkan kesepakatan damai mencakup jaminan keamanan yang kuat.

Di medan perang maupun meja diplomasi, Ukraina kini mengirim satu pesan tegas: permainan telah berubah bahkan di kedalaman laut.

Berita Terkait