Di Tengah Gelapnya Dunia, Yahudi New York Menyalakan Cahaya Harapan
Duka belum reda, tetapi api perlawanan terhadap ketakutan justru berkobar. Dari Brooklyn hingga Manhattan, komunitas Yahudi New York memilih berdiri—bukan bersembunyi—dan menyalakan cahaya Hanukkah sebagai simbol keteguhan.


Sumber foto:gatra
Komunitas Yahudi di New York berkumpul pada Senin malam untuk menyalakan menorah, hanya beberapa hari setelah penembakan massal menggunc’’ang perayaan Hanukkah di Sydney, Australia. Di tengah bayang-bayang duka dan ancaman, perayaan Festival Cahaya tahun ini terasa lebih sunyi—namun juga lebih bermakna.
Upacara publik dan pertemuan privat di rumah-rumah warga berlangsung dengan emosi yang bercampur antara kesedihan mendalam dan keteguhan untuk bertahan. Bagi banyak warga Yahudi New York, kehadiran mereka di ruang publik adalah sebuah pernyataan: ketakutan tidak akan memadamkan identitas mereka.
Di Park Slope, Brooklyn, puluhan orang berkumpul di bawah suhu dingin yang menusuk. Anggota DPR AS dari Partai Demokrat, Daniel Goldman, bersama Rabbi Shimon Hecht, menyalakan lilin kedua Hanukkah pada sebuah menorah raksasa—begitu tinggi hingga membutuhkan lift industri untuk menjangkaunya.
“Tahun ini, lebih dari sebelumnya, kita membutuhkan cahaya menorah,” ujar Goldman dari atas lift, berdiri bersama dua putrinya. “Saya bangga melihat semua orang hadir malam ini. Kita akan berdiri, kita akan bertahan, seperti yang selalu kita lakukan.”
Di bawah mereka, Jason Shechter (42), analis anti-pencucian uang asal Clinton Hill, berdiri di atas trotoar yang licin oleh es. Ia mengaku datang meski cuaca ekstrem karena merasa perlu melakukan sesuatu secara terbuka.
“Ini hari yang berat,” katanya singkat. “Dan berada di sini, di depan umum, adalah cara saya menunjukkan bahwa kami tidak akan menghilang.”
Di tengah meningkatnya ketegangan global dan ancaman terhadap komunitas Yahudi di berbagai belahan dunia, cahaya lilin Hanukkah di New York malam itu menjadi lebih dari sekadar tradisi—ia menjelma menjadi pesan perlawanan, solidaritas, dan harapan yang menolak untuk padam.
